Kamis, 30 Juli 2009

ARTIKEL EDUKASI - Panduan Studi

Siapa Pun Bisa Menerjemahkan...
Ilustrasi: Namun harus diingat, kamus-kamus tersebut hanya digunakan sebagai referensi untuk mendapatkan makna umum. Ketika makna tersebut akan dimasukkan di dalam teks terjemahan, penerjemah harus menyesuaikannya dengan konteks dan budaya bahasa sasaran.

“Siapa pun bisa menerjemahkan,” kata seorang teman. Namun, ketika saya minta ia mencoba menerjemahkan sebuah lagu berbahasa Inggris, hasilnya sungguh membuat kami berdua tertawa terpingkal-pingkal. Duh!

Bayangkan saja, ia menerjemahkan dengan mengambil makna yang tidak dipahaminya sendiri. Dia menerjemahkan dari satu kamus Bahasa Inggris-Indonesia dan menyalinnya untuk dimasukkan dalam teks terjemahannya.

Lho, jadi, apa yang salah? Kenapa hasilnya bisa kacau begitu? Tentu saja karena penerjemah yang baik tidak akan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh teman saya itu.

Ya, semua orang memang bisa menerjemahkan, apalagi dengan dibantu kamus. Namun, kualitas terjemahan yang baik hanya dapat dihasilkan oleh seorang penerjemah yang mematuhi berbagai proses, metode, prosedur, dan teknik penerjemahan yang tepat.

Memang, berbagai kamus tentu dapat membantu. Sebutlah, misalnya, kamus bahasa asing-bahasa sasaran (dwibahasa), kamus bahasa Inggris-Inggris, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Namun harus diingat, kamus-kamus tersebut hanya digunakan sebagai referensi untuk mendapatkan makna umum. Ketika makna tersebut akan dimasukkan di dalam teks terjemahan, penerjemah harus menyesuaikannya dengan konteks dan budaya bahasa sasaran.

Selain itu, perlu juga disadari bahwa tidak ada penerjemahan yang sempurna. Selalu diperlukan check and recheck untuk membuat suatu terjemahan berterima di bahasa sasaran.

Empat perbedaan

Lalu, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penerjemahan yang baik itu?

Eltienne Dollet, yang dikutip pendapatnya oleh Eugene Nida, seorang pakar penerjemah (1964) mengatakan bahwa
• Penerjemah haruslah sepenuhnya memahami isi dan maksud pengarang yang tertuang dalam bahasa sumber.
• Penerjemah haruslah mempunyai pengetahuan bahasa yang sempurna, baik bahasa sumber, maupun bahasa terjemahannya.
• Penerjemah haruslah menghindari kecenderungan menerjemahkan kata per kata karena, apabila teknik demikian ia lakukan, maka ia akan merusak makna kata yang asli, lagi pula merusak keindahan ekspresi.
• Penerjemah haruslah mampu mempergunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dipergunakan sehari-hari.
• Penerjemah haruslah berkemampuan menyajikan nada (tune) dan warna asli bahasa sumber dalam karya terjemahannya.

Namun, selain hal tersebut di atas, perlu pula diperhatikan bahwa setiap bahasa mempunyai sistem, peraturan kebahasaan, dan pengecualian terhadap peraturan kebahasaan sendiri-sendiri.

Kiranya, keempat perbedaan itulah yang biasanya menyebabkan kesukaran-kesukaran dalam mempelajari, memahami, apalagi untuk menguasai bahasa lain. Hal itu pun akan lebih jelas terlihat ketika penerjemah mencari padanan suatu terjemahan. Mungkin saja, ada unsur dalam bahasa sumber yang tidak ada atau berbeda di bahasa sasaran (untranslatebility), misalnya saja dari linguistik ataupun budaya. Itulah masalahnya.

Nah, masih tertarik untuk menjadi penerjemah yang baik? (by : kompas.com 30 Juli 2009)