Rabu, 16 Juli 2008

News Internasional

Penggal Kepala Sendiri dengan Gergaji Mesin
(by : kompas.com)

Ilustrasi: Penggal kepala pakai gergaji mesin.
Rabu, 16 Juli 2008

EASTLEIGH, RABU - Seorang pria Inggris bermental labil memenggal kepalanya sendiri menggunakan gergaji mesin. Tindakan itu dilakukan karena pria itu tertekan setelah diusir dari flatnya.

Kepala David Phyall (58) ditemukan di samping kolam renang di dalam flatnya, Selasa (15/7). Ia diduga bunuh diri beberapa saat setelah ia diberi tahu harus segera meninggalkan flat itu.

Polisi saat ini sedang menyelidiki kemungkinan mengapa Phyall memilih bunuh diri ketimbang harus pergi meninggalkan rumah yang telah dihuninya selama delapan tahun. Pria ini merupakan orang terakhir yang tinggal di kompleks flat yang hendak dihancurkan itu. Sebanyak 71 flat lain di sekitarnya kosong.

Polisi dan paramedis tiba di tempat itu dan melihat pemandangan yang mengerikan itu setelah mendapat panggilan darurat 999. Mereka sekarang menyelidiki penyebab kematian dan apa yang sebenarnya terjadi pada pria yang digambarkan pria bermental labil itu. Itu sebabnya polisi tidak menganggap kematian Phyall mencurigakan.

"Kami mendapat panggilan ke sebuah alamat di Bishopstoke terkait kekhawatiran soal kesejahteraan," kata seorang juru bicara kantor pelayanan ambulans. "Sebuah kendaraan reaksi cepat tiba di tempat dan menemukan seorang pasien dengan luka yang begitu berat," katanya.

Phyall diketahui tinggal di flatnya di kawasan Bishopstoke di Eastleigh, Eastley, sejak tahun 2000. Ia ngotot tidak mau meninggalkan rumah itu meski sudah ada rencana bangunan itu akan dibuldoser dan dibangun kembali. Phyall menyewa rumah itu dari perusahaan properti Atlantic Housing Ltd, dan mulai tampak tidak suka sejak muncul rencana pembongkaran flat itu untuk dibangun kembali pada 2006.

Polisi pun membentuk tim penyelidik yang dipimpin deputi koroner Hampshire, Simon Burge. Tim ini mencatat penyebab kematian yang paling mungkin adalah "transaksi lengkap di leher", dan gergaji mesinlah penyebab luka di leher itu.

Ron Turtle, ketua Perkumpulan Warga Stoke, mengatakan bahwa ada seorang penyewa yang diyakininya sebagai pria cacat dan tinggal di lantai bawah tanah di flat itu. "Mereka sudah menawarkan tempat baru yang kurang lebih sama, tetapi ia tetap tidak mau pindah. Akhirnya mereka minta bantuan pengadilan," kata Turtle.

Ketua dewan warga, Anne Winstanley, mengatakan, "Terakhir kali saya melihat mereka bernegosiasi dengannya untuk menyediakan apa yang dia butuhkan sebagai alternatif. Sangat tragis, apa pun alasannya menemui ajal."

Flat itu selama ini ternyata menjadi korban vandalisme, dan Atlantic Housing tahu bahwa merobohkan lalu membangun kembali flat yang dibangun pada 1960-an itu akan lebih murah ketimbang berkali-kali memperbaikinya.