Minggu, 29 Juni 2008

Sudut Pandang

Demo mahasiswa masihkah didukung atau dapat simpatik dari sebagian warga /rakyat?

Mungkin ini merupakan hal yang sudah basi ataupun bisa dibilang sudah lewat. Ya.. saya terpikir untuk menulis pandangan saya akan sebuah berita yang mungkin masih diingat sampai saat ini. Sebuah berita dimana para mahasiswa melakukan demo(Demonstrasi) rusuh di depan gedung DPR-MPR baru-baru ini. Dalam berita tersebut dapat kita lihat betapa anarkisnya para rekan-rekan mahasiswa yang berdemo, bahkan tidak hanya itu mereka merusak dan mengacaukan sarana publik. Mereka melakukan hal tersebut seolah lupa akan tujuan awal mereka berdemo. Padahal niat mereka sebenarnya mulia yaitu untuk mengingatkan dan bahkan meminta pemerintah dan anggota dewan untuk mau menyetujui pembatalan kenaikan BBM melalui Hak Angket. Kenaikan yang menurut mereka semakin menyengsarakan rakyat. Melihat berita itu saya sebagai mahasiswa sangat teriris dan jadi berkurang rasa simpatik saya terhadap rekan-rekan tersebut.
Saya jadi ingat suatu ketika saya pernah nongkrong di sebuah warung makan sederhana atau tepatnya biasa disebut warteg. Dimana ibu sang pemilik warung sempat menanyakan kepada saya apa pekerjaan saya. Begitu saya bilang saya belum bekerja karena saya seorang mahasiswa. Langsung sang ibu pemilik warung tersebut berkomentar "Oh.. mahasiswa yang tukang demo itu ya? Yang suka bikin rusuh dan kacauin jalanan, kan? trus suka bakar ban dan bentrok sama polisi, kan?"
Sungguh suatu komentar yang pedas dan sangat menyentil kuping saya. Saya lalu menanggapi komentar ibu tersebut " tapi kan Bu, mahasiswa itu berdemo demi memperjuangkan aspirasi dan penderitaan rakyat."
"Ah... itu mah dulu waktu krismon tapi sekarang sudah banyak yang melenceng tujuannya. Ada yang diboncengin kepentingan pejabat ini itulah,ada yang gak tepat sasaranlah, trus tetap aja dikit-dikit bentrok sama polisi, malah demo apaan tuh katanya demi rakyat tapi mengacaukan jalan raya yang jelas-jelas banyak orang gunain buat pergi kerja, jualan, dan lain-lain."
Sayapun menahan emosi saya dan berusaha mengorek keterangan penyebab Ibu itu mengeluarkan pandangannya tentang mahasiswa. Setelah berbicara panjang lebar dapatlah saya tarik kesimpulan bahwa ia kesal terhadap perjuangan rekan-rekan mahasiswa yang sering berdemo karena mobil yang pernah ia tumpangin terjebak macet yang hebat karena demo. Padahal waktu itu ia sedang mengantarkan menantunya untuk berobat ke rumah sakit bersalin karena mau melahirkan. Dari percakapan yang lebih dalam lagi ia juga berpendapat bahwa demo mahasiswa yang sekarang tidak seperti dulu yang murni karena kepekaan mereka terhadap rakyat. Kalau demo sekarang kebanyakan hanya ikut-ikutan bahkan terkadang tidak murni dan tidak tahu tujuan dari demo yang mereka lakukan. Apalagi ada berita mahasiswa yang berdemo itu minum alkohol dulu, terus mereka menyiapkan bom molotov untuk dilemparkan pada aparat. Bahkan sebagian besar merekayang berdemo adalah mahasiswa yang nilai akademis di kampusnya kebanyakan kurang. Ibu tersebut sering melihat berita dan koran makanya ia bisa berpendapat seperti itu.
Berdasarkan penjabaran sang Ibu tersebut, memang ada benarnya menurut saya. Bahkan ada pengakuan teman saya yang pernah mau ikut berdemo akan kenaikan BBM, dimana pengakuannya tersebut sungguh mengejutkan. Ia berkata kalau sebenarnya tujuan berdemo sudah dirancang masak-masak waktu rapat di kampus. Yaitu berdemo meminta menunda kenaikan harga BBM. Akan tetapi saat akan berangkat sudah ada beberapa bahkan hampir sebagian besar mahasiswa yang akan turut kegiatan demo tersebut. Beberapa diantaranya alumni dan anggota senat mahasiswa di kampus. Tetapi mereka ternyata ada yang membawa botol dan minyak tanah, bahkan bensin. Saat akan berangkat koordinator demo menjelaskan tujuan demo yang akan dilakukan. Mereka semua mengangguk setuju, tetapi saat diperjalanan banyak dari rekan-rekan mahasiswa yang mengubah tujuan demo dan koordinatorpun setuju. Bahwa tujuannya meminta Presiden dan wakilnya turun jabatan atau mengundurkan diri. Karena menurutnya sudah melenceng dari agenda tujuan awal dan maka banyak teman saya dan rekan-rekan mahasiswanya yang lain turun ditengah jalan. Sebab aspirasi mereka tidak didengarkan dan cenderung diabaikan, mungkin karena mereka yunior.
Ini jelas suatu contoh pengakuan dari seorang pendemo, yang dapat kita lihat bahwa semangat rekan-rekan mahasiswa banyak yang tidak bulat pada tujuan awal dan bahkan kurang berdemokrasi dalam mememutuskan pendapat.
Bahkan saat Ayah saya menonton berita demonstrasi di Tv, ia menyindir demo tersebut dengan berkata "Mau minta harga BBM turun kok mereka sendiri buang-buang uang buat beli minyak cuma untuk membakar ban bekas dan bom molotov. Bagaimana rakyat mau simpatik wong mereka sendiri saja boros dan gak respek sama penderitaan rakyat dengan mengacaukan jalan dan rusuh saat demo."
Dari pendapat beberapa orang diatas saya hanya ingin menjelaskan kepada rekan-rekan mahasiswa yang saat ini atau ingin demonstrasi. Bahwa rekan-rekan berdemolah dengan tujuan yang jelas, damai, tidak rusuh dan berikan contoh yang baik kepada masyarakat dalam berdemonstrasi. Agar rakyat respek dan simpatik terhadap perjuangan kalian. Dan kalau bisa perhatikan dengan baik siapa saja yang ikut berdemonstrasi apakah benar-benar mahasiswa, apakah benar-benar murni karena peduli atau cuma ikut-ikutan. Agar dalam demonstrasi kalian tidak disusupi oknum-oknum atau orang yang tidak bertanggung jawab dan dapat mengacaukan demo kalian. Serta jangan lupakan kegiatan akademis kalian di kampus sebagai kewajiban yang harus kita kerjakan. Demikianlah sebuah pandangan dari saya tentang perjuangan kalian dalam berdemonstrasi. Semoga tulisan ini sebagai bahan untuk lebih meningkatkan dan memperbaiki semangat berdemokrasi kalian dan tujuan demonstrasi kalian.
Saran dan kritik atau komentar akan tulisan ini saya tunggu. Mohon maaf bila ada salah-salah kata dan penulisan