“ Penilaian Diri Yang Berlebihan“
( Efesus 4:2 )
Sebuah pesawat penumpang kecil sedang terbang di langit, sambil membawa seorang pendeta, anggota pramuka, dan seorang pimpinan pabrik komputer. Tiba-tiba mesin pesawat mati. Dengan panik parasut dibagikan kepada penumpang. Ketika pintu dibuka muncullah tiupan angin yang kencang. Disaat pesawat meluncur jatuh, para penumpang itu mengetahui bahwa parasut kurang satu.
Kata Pilot : “ Saya harus menggunakan parasut ini. Saya memiliki seorang istri dan tiga anak “. Maka ia segera mengambil sebuah parasut, mengenakannya dan terjun. Angin pun makin menderu, dan para penumpang saling berpandangan.
“ Saya juga membutuhkan parasut ini “, kata pimpinan pabrik komputer. “ Saya orang yang paling cerdas di dunia “. Dan ia pun segera merenggut, mengenakan pada bahunya dan melompat.
Tinggallah hanya Pendeta dan seorang anggota pramuka. Kata pendeta itu : “ Nak, ambillah parasut yang terakhir. Saya sudah tua dan sudah siap menjumpai Sang Pencipta; kamu masih muda dan masih memiliki masa depan “. Lalu kata pramuka itu dengan tersenyum : “ Tenang, pak Pendeta. Masih ada dua parasut untuk kita. Orang yang “paling cerdas di dunia” tadi menyambar dan mengenakan tas ransel pakaian saya “.